Referendum
Merdeka.com, 03 Februari 2014
http://www.merdeka.com/khas/referendum-kolom-sableng.html
Kolom Sableng
Reporter: Pipit Kartawidjaja
Merdeka.com – Meski setel jadi presidennya mirip, tapi lengsernya Abuelo (mbah) Jenderal Augusto Pinochet (Cile) itu beda dari Eyang Jenderal Soeharto.
Pas ultah Golkar ke 33 medio Oktober 1997, dengan senyum yang terkembang, Eyang Soeharto meminta agar Golkar sudi meneliti pencalonannya buat nerusin jadi presiden. Kalaupun harus lengser, bukan masalah bagi Eyang Soeharto, “karena saya akan bisa menempatkan diri dalam falsafah suksesi perwayangan”.
Yang dimaksud adalah lengser keprabon, madeg pandito. Lantaran refleksnya jawaban Golkar “jangan lengser, jangan lengser” itu dianggap sebagai referensi, maka Eyang Presiden Soeharto ada repot kala ditabrak bajaj reformasi beberapa bulan kemudiannya sebab referensi Golkar meredup kepriben bak krupuk kena air.
Sebaliknya, Abuelo Pinochet harus lengser 5 Oktober 1988 akibat referendum, karena 56 persen elektorat (masyarakat yang berhak memilih) menolaknya jadi presiden kembali.
Selain di Cile, referendum juga diselenggarakan di banyak negara. Misalnya buat memutuskan (a) pilihan sistema de governo do Brasil 04/1993, (b) pengendalian kepemilikan media massa swasta oleh para taipan di Ekuador 13/11/2011, (c) kepercayaan terhadap Presiden Rusia SBY (Susilov Borisrawa Yeltsin) 04/1993, (d) reformasi kedudukan regional dan senat Prancis 27/4/1969 atau (e) penggabungan negara bagian (setara provinsi) Berlin dengan Brandenburg di Jerman 5/4/1996.
Sebab referendumnya dikaitkan dengan pro atau kontra, maka Presiden de Gaulle apes, mesti lengser 26/4/1969 akibat keok dalam referendum.
Referendum itu, kata kamus besar bahasa Indonesia, adalah penyerahan suatu masalah kepada orang banyak supaya mereka yang menentukan (jadi tidak diputuskan oleh rapat atau oleh parlemen). Yang dimaksud orang banyak tentunya kaum elektorat. Berangkat dari pemahaman tersebut, maka prakarsa referendum itu berasal dari legislatif (dalam kasus SBY Rusia adalah Syezd Narodnykh Deputatov alias MPR) atau eksekutif (dalam kasus Ekuador dan Prancis adalah Presiden) atau kaum elektorat, umpamanya lewat “Initiative” atau “Recall and Initiative Act” (provinsi British Columbia, Kanada) atau “Volksinitiative” alias “Citizens Initiative” alias Inisiatif Rakyat.
Gak jarang, referendum disebut pelet pesugihan eksekutifnya presidensialisme, mana kala presiden menghindari atau bentrok dengan parlemen. Referendum kerap juga disebut usaha presiden berkomunikasi dengan kaum elektorat.
Inisiatif Rakyat di Swiss itu misalnya menyangkut gaji manajer, upah minimum, perlindungan terhadap petani kecil atau revisi UUD. Di Jerman, sesuai asas otonomi daerah, jika dapat dipilih langsung, maka bos ekesekutif bisa dilengserkan lewat referendum. Umpamanya kepala daerah Tossin 04/2011 gara-gara selama menjabat jadi “Deutschlands faulste Buergermeisterin” (kepala daerah perempuan termalas Jerman), Wali kota Eberswalde 07/2006 sebab sebelumnya pengadilan memvonis ngorup 190 ribu Euro atau kepala daerah Schiffweiler 03/2010 sehabis pengadilan memvonis denda 7.500 Euro akibat kepergok memiliki data cabul berbintang anak-anak.
Rajanya Referendum adalah Swiss. Dari tahun 1981 sampai dengan 11/2013 contohnya, telah diselenggarakan 161 referendum (118 diterima). Referendum di sana, juga merupakan santet pencegah terbentuknya negara partai.
Referendum itu merupakan bentuk partisipasi elektorat, varian lainnya pemilu. Istilah gaibnya, membernyawakan dan memaujudkan demokrasi. Jadi, elektorat gak teler gara-gara tiap lima tahun sekaligus dijejelin beragam pemilu yang serentak macam di NKRI. Wong Jerman yang katanya ber-SDM tinggipun bakal kelimpungan jika pemilunya serentak.
Meski referendum gak dikenal di Indonesia, alam gaib kerap bereferendum. Misalnya hasil tahun 2008, wahyu keprabon tinggalkan SBY, kata tabloid supranatural Posmo 25/06/2008. Atau hasil tahun 2011, Presiden SBY itu bukan pemangku wahyu keprabon, ujar Ki Sabdolangit. Dengan demikian, kasihanilah SBY jika dianggap gak becus berpresiden. Sebab sebagai produk amanat konstitusi, wuku Bala dan shio Kerbau Virgo, kerjanya selama ini ya cuma tebatas jadi juru kuncinya keprabon belaka.