Presidential threshold, gas, dan lumpur
Merdeka.com, 11 Oktober 2013
http://www.merdeka.com/khas/presidential-threshold-gas-dan-lumpur-kolom-sableng.html
Kolom Sableng
Reporter: Pipit Kartawidjaja
Senhora Dilma Rousseff, maujud 14/12/1947, Minggu Kliwon, hari bagus, dinaungi Bethari Durga, berwuku Bala (kayak SBY), dalam pemilihan Presidencia da Republica Federativa do Brasil 31/10/2010 baru terpilih pada putaran kedua. Pada babak pertama, senhora Dilma, dari Partido dos Trabalhadores, hanya nyabet 46,9 persen suara.
Senhora Dilma memang harus dua kali berlaga, gara-gara Presidential Threshold di sana 50 persen plus satu. Istilah kerennya: majority runoff.
Dalam wangsa Presidensialisme Amerika Latin, ketetapan mayoritas mutlak diterapkan misalnya di Kolombia, Republik Dominika, Cile, atau Uruguay.
Sebaliknya, Senora Cristina Fernandez de Kirchner, maujud 19/2/1953, Kemis Wage, hari bagus, diteduhi Bethari Durga, berwuku Bala (percis SBY), diusung oleh koalisian Frente Para la Victoria dan Concertacin Plural, langsung jadi presiden pada ronde pertama kala pemilihan Presidenta de la Nacion Argentina 28/10/2007, meskipun Senora Cristina cuma ngembat 45,3 persen suara.
Sejak 1994, Argentina menetapkan dua alternatif. Pertama, Presidential Threshold 45 persen: capres perenggut 45 persen pada tahap pertama langsung terpilih.
Kedua, Presidential Threshold 40 persen, bila perolehan suara berbeda 10 persen dari rival terberatnya: seorang capres bersuara 40 persen langsung jadi presiden, jika capres rival terkuatnya cuma ngebut 30 persen suara. Sebutan nggayanya: runoff with a reduced threshold.
Setitisan Argentina itu Kosta Rika, Ekuador, dan Nikaragua. Hanya buat alternatif kedua, capres di Nikaragua langsung jadi presiden, bila sukses ngembat 40 atau 35 persen suara, asal saingan intimnya berjarak 5 persen.
Sebelum menerapkan dua alternatif itu, Argentina memberlakukan mayoritas sederhana mirip Meksiko.
Dalam wangsa presidensialisme Amerika Latin, Bolivia ada beda. Jika capres gagal ngangkangi Presidential Threshold 50% plus satu, maka pada putaran kedua, Congreso Nacional (Camara de Diputados alias DPR dan Camara de Senadores alias Senat) memilih jagoannya dari dua capres klas berat.
Menurut pengalaman, asal pilpres serentak diselenggarakan bersama pemilu legislatif, penyusutan Presidential Threshold itu dapat menyederhanakan sistem kepartaian berdasarkan ENPP (Effective Number of parliamentary parties) tanpa mesti berbulusan ambang batas parlemen (di Indonesia beken sebagai PT alias Parliamentary Threshold). Sedangkan muslihatnya Bolivia dimaksud guna memudahkan pembentukan koalisi.
Jadi jelasnya: Presidential Threshold itu syarat capres terpilih jadi presiden.
Cuma, lain padang lain pula belangnya macam presidensialisme Indonesia.
Simaklah berita ini: “Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menegaskan partai beringin tetap akan mempertahankan Presidential Threshold atau syarat ambang pada angka 20 persen”.
Mistisan Presidential Threshold-nya Ical aliasannya Aburizal: partai yang lolos ambang batas nasional alias yang berhak melenggang ke Senayan, hanya dapat mengajukan capres dan cawapresnya sendiri atau berkoalisi dengan partai lain pada pilpres 2014, asal memiliki 20 persen suara DPR.
Agaknya, Presidential Threshold setel Ical itu kebingungan stressnya mau nyapres, bak ngalab gas, tapi terawangan sesungguhnya adalah lumpur.
Sesuai dengan watak wetonnya, pria maujudan 15/11/1946, Jumat Legi, hari buruk, Anjing Scorpio, memang cocok jadi ahli pikir dan sering bingung sendiri, tapi bikin hilang akal gotong-royongan.
Maka, terwetonlah apa yang telah diwukukan: Presidential Threshold Anjing Scorpio itu kesihir dari posisi alih-alih berpikir ke ahli kepikiran.
Daripada aksi-aksian njeplak ngobama, bilang saja syarat ambang pasangan capres dan cawapres, bagusnya dalam bahasa Porong. Gak usah macam-macam pakai Presidential-Presidential Threshold-an.
Tapi, jika ngebet pengen berbarack-ngobamaan, sepantasnya niru iklan. Umpamanya seperti dalam majalah supranatural Misteri No 554 tahun 2013 halaman 10: “Vagina Empot-Empot Super Exotic, Special Discount, Beli 2 Bonus 1”.
Benderangnya terawangan itu iklan amat terang. Tanpa mesti mikir dan kepikiran: gas itu gas dan lumpur itu lumpur.