Dua Kota di Jerman Ini Terkejut dengan Film Besutan Lola Amaria
Rakyat Sultra online, 13 Desember 2014
Setelah Berlin, Koln dan Hamburg mendapat kesempatan menonton film
Oleh : Beno Junianto, Al Amin
Perbincangan mengenai isu LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual and Transexual) masih sedikit tabu di Tanah Air. Namun sebagai sineas yang kerap mengangkat tema itu ke film, Lola Amaria membahas hal tersebut di Hari HAM pada 10 Desember lalu.
Lola menyampaikan pidatonya tentang kaum yang kerap dianggap minoritas itu di konferensi internasional tentang LGBT sedunia di Berlin, Jerman yang berlangsung hingga 14 Desember lusa.
„Perlindungan harus kongkret. Saya melihat kasus penyerbuan sekelompok orang yang berbeda pandangan kepada pertemuan komunitas LGBT seperti yang terjadi di Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta beberapa waktu yang lalu terkesan dibiarkan. Polisi ada di lokasi tapi tidak bertindak terhadap penyerbu,” papar Lola.
Menurut Lola, sikap seperti ini bisa berkembang dan mengganggu aspek kehidupan masyarakat yang lain, termasuk kesenian. Sebab, sebagai sutradara dan pemain film, isu ini bisa dianggap terlalu sensitif.
„Bisa-bisa filmmaker akan takut membuat film tentang LGBT karena ancaman yang sama. Mereka dengan kekerasan bisa memaksa film itu diturunkan dari bioskop. Ini ancaman terhadap kebebasan berkesenian,” ujarnya.
Lola berharap pemerintahan Jokowi-JK ini lebih memiliki ketegasan dan sikap intoleransi yang tinggi terhadap bentuk-bentuk kekerasan yang bisa membahayakan kebebasan
Karenanya sutradara film ‘Negeri Tanpa Telinga’ itu berharap besar pada pemerintahan Indonesia saat ini. „Ini momentum kuat bagi pemerintah untuk mewujudkan harapan-harapan masyarakat termasuk menjaga kebebasan dan memberikan perlindungan kepada semua lapisan,” tambahnya.
Konferensi diselenggarakan oleh Watch Indonesia! di 3 kota yaitu Berlin, Hamburg dan Koln. Acara akan memutar film-film karya Lola lainnya, ‘Sanubari Jakarta’.(det)