Tuntaskan Kasus Munir!
24 September 2014
Masyarakat Sipil Jerman menuntut penyelesaian kasus Munir dan berbagai pelanggaran HAM di Indonesia
Berlin (24/9). Sepuluh tahun pembunuhan aktivis HAM Indonesia, Munir, tidak hanya diperingati di Indonesia, tetapi juga di Eropa. Sampai saat ini dalang pembunuh Munir masih berkeliaran bebas. Yang diketahui publik, pilot Garuda Indonesia, Pollycarpus, yang telah meracun Munir sudah diadili dan masuk bui. Tetapi, siapa sesungguhnya yang memberikan perintah pembunuhan tersebut masih menjadi misteri sampai hari ini. Mantan Deputi V Badan Intelijen Negara (BIN), Muchdi Purwoprandjono, dibebaskan dari segala tuntutan dan kepala BIN pada saat pembunuhan Munir, Hendropriyono, kini digadang-gadang menjadi penasehat presiden terpilih Jokowi. Situasi seperti ini tentu saja membuat kalangan masyarakat sipil di Eropa yang bersolidaritas terhadap penegakan HAM di Indonesia mempertanyakan keseriusan pemerintah Indonesia dalam menegakkan HAM. Kasus Munir menjadi bukti nyata bahwa pembunuhan terhadap aktivis pembela hak asasi manusia dapat dan masih terus terjadi, di masa di mana Indonesia dielu-elukan sebagai negara yang sudah demokratis. Dapatkah pemerintah baru Indonesia menyelesaikan tantangan besar persoalan hak asasi manusia di Indonesia saat ini? Pertanyaan ini menjadi bahan diskusi kelompok masyarakat sipil Eropa di Jerman pada tanggal 23.-24. September 2014 di Berlin dalam konferensi yang berjudul ‘Impunitas di Indonesia’.
Suciwati, istri almarhum Munir, dan juga aktivis HAM yang aktif menyuarakan kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia telah bertemu dengan pihak kementrian luar negeri Jerman Senin (22/9) di Berlin dan dijadwalkan akan bertemu dengan anggota parlemen Jerman dalam minggu yang sama. Adapun tujuan pertemuan tersebut adalah untuk memberikan informasi secara langsung mengenai perkembangan kasus Munir dan situasi HAM di Indonesia saat ini. Suciwati dan Indria Fernida (KontraS) bersama organisasi HAM yang berbasis di Berlin, Watch Indonesia!, mendorong pemerintah Jerman dan Negara Eropa lainnya untuk memperhatikan lebih dekat persoalan HAM di Indonesia dan melakukan tindakan konkrit untuk mendukung penegakan HAM di Indonesia.
“Penuntasan Kasus Munir menjadi ujian atas komitmen visi dan misi pemerintahan Jokowi JK dalam penegakan HAM di Indonesia. Ini tantangan mereka apakah akan diwujudkan, mengingat para pelaku pelanggar HAM ada di kubu mereka. Sementara penyelesaian kasus pelanggaran HAM secara komprehensif adalah syarat terwujudnya negara yang bermartabat.”
Konferensi yang berlangsung dua hari ini mendatangkan pembicara dari Indonesia, Jerman dan Belanda akan membahas bagaimana kelompok masyarakat sipil di Indonesia dan di Eropa, khususnya di Jerman, bisa bekerja sama lebih erat dan bertukar pengetahuan dan pengalaman, khususnya mengenai bagaimana berhadapan dengan persoalan pelanggaran HAM di masa lalu. Konferensi tersebut dibuka dengan pembacaan beberapa puisi karya Wiji Thukul antara lain Peringatan, Suara dari Rumah-Rumah Miring, dan Puisi Menolak Patuh dan pementasan Wayang Jamakakarta ‘Negeri para Kera’.
Informasi lebih lanjut hubungi:
Basilisa Dengen
basilisa@watchindonesia.org