Wisata Sejarah ke Haus Der Wannsee Konferenz di Jerman
WAA News, World Acehnese Associaton, 01 Juni 2009
http://www.waa-aceh.org/
Laporan Khairul Fajri Yahya dari Jerman
JERMAN – Matahari yang cukup cerah walaupun sesekali di tutupi awan membuat suasana kota Berlin dan sekitarnya cukup indah dalam melakukan rekreasi akhir pekan, biasa nya masyarakat kota ini senang sekali melakukan rekreasi grillen (panggang-memanggang) bersama teman dan keluarga di taman umum ataupun di kebun pribadi seperti selayaknya masyarakat lain di Europa, mengingat suhu sudah tidak begitu dingin lagi yang berkisar 20 derjat karena sudah memasuki musim semi.
Berlin yang merupakan ibukota negara Republik Federal Jerman sangat banyak memiliki object ataupun tempat-tempat yang menarik untuk di kunjungi baik dalam bidang teknologi canggih, hiburan, kebudayaan maupun sejarah.
Pada Sabtu 23 Mei 2009, Watch Indonesia (WI) yang merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan yang bermarkas di Berlin yang sangat intens memerhatikan masalah lingkungan dan HAM (Hak Azasi Manusia) di Indonesia melakukan Tour Sejarah ke Haus Der Wannsee Konferenz.
Dalam kesempatan tersebut turut hadir Marianne Klute dan Fabian Junge dari WI, Haris Azhar dari KONTRAS Jakarta yang sedang menyelesaikan program Master HAM di Inggris, Khairul Fajri Yahya perwakilan World Acehnese Association (WAA) untuk Germany dan beberapa masyarakat Aceh yang berdomisili di Berlin seperti Emil dan Yoshua dan juga seorang masyarakat Aceh lainya dari Swiss yaitu saudari Ikoy yang kebetulan sedang berholiday akhir pekan di Berlin.
Tour tersebut di mulai dari pukul 14.00 sampai selesai dengan mengunjungi setiap ruangan dari Villa tersebut sambil melihat foto-foto dan mendengarkan penjelesan dari seorang Guide.
Haus Der Wannsee Konferenz banyak di kunjungi oleh wisatawan domestik dan manca negara yang ingin mengetahui tentang sejarah Jerman. Villa tersebut juga sering dijadikan sebagai tempat belajar dan diskusi oleh para pelajar dan mahasiswa, terlihat beberapa kelompok student berbeda pada hari tersebut.
Dari pusat kota Berlin Potsdamer Platz menuju ke Haus Der Wannsee Konferenz yang terletak di wilayah kota Berlin memakan waktu kurang lebih 45 menit. Kita dapat menggunakan jenis transportasi umum S1 (S Bahn) tujuan Wannsee dan berhenti di Wannsee S Bahn kemudian dilanjutkan dengan menggunakan jasa angkutan Bus114 tujuan Heckeshorn dan berhenti di halte Am Großen Wannsee kemudian dengan hanya berjalan kaki 2 menit maka sampailah kita di sebuah Villa dimana konferensi Wannsee Konferenz di laksanakan dan sekarang sudah menjadi sebuah museum dan tempat peringatan.
Sejarah negara Angela Merkel ini sangat erat kaitan nya dengan sosok seorang diktator yang sudah di kenal dunia yaitu Adolf Hitler dengan partai Nazi nya yang menganut dan menyebarkan ideologi nasional-sosialisme (Nationalsozialismus). Pada masa kejayaan nya 1933- 1945 sebelum kalah pada Perang Dunia II melawan Uni Soviet dan sekutu pimpinan Amerika Serikat, Nazi sudah pernah menaklukan dan menduduki beberapa negara di Europa antara lain Austria, Cekoslowakia, Polandia, Denmark, Norwegia, Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Yunani, Yugoslowia dan beberapa negara di bagian Afrika Utara..
Wannsee Konferenz
Wannsee Konferenz atau konferensi Wannsee diadakan pada tanggal 20 Januari 1942 di sebuah Villa di pinggir danau Wannsee sebelah barat Berlin. Pertemuan tersebut berlangsung selama 90 menit dan di hadiri oleh lima belas orang pejabat senior dari kalangan SS (Schutz Staffel) atau Skuadron Pelindung, perwakilan NSDAP (Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei) dan beberapa menteri pemerintahan. Konferensi di pimpin oleh Reinhard Heydrich yang merupakan kepala satuan SS dan kepala dari Kantor Keamanan Reich (Reich Main Security Office) (RSHA). SS itu sendiri merupakan organisasi keamanan dan tentara milisi besar milik partai Nazi.
Pada mulanya SS dibentuk oleh Adolf Hitler sebagai satuan pengawal pribadi pada April 1925 sebanyak 300 anggota dan berkempang mejadi 50.000 anggota pada tahun 1933 yang kemudian di lebur menjadi tentara reguler Jerman.
Adapun tujuan dari konferensi ini adalah untuk memberikan informasi dan persentasi kepada pejabat senior Nazi dan pemerintahan mengenai rencana penyelesaian dari permasalahan kaum Yahudi. Pada konferensi ini di putuskan untuk meleyapkan lebih dari 11 juta kaum Yahudi di seluruh Eropa. Genosida secara sistematis ini kemudian di kenal dengan istilah Holocaust sebagai solusi akhir (Die Endlösung der Judenfrage) dari persoalan kaum Yahudi.
Target dari pembunuhan itu tidak hanya dari kaum Yahudi akan tetapi juga dari kaum Gipsi (Sinti dan Roma), orang cacat, komunis, kaum homoseksual dan juga bangsa lain yang di anggap lebih rendah martabatnya dari orang Jerman.
Sebenarnya Genosida itu sendiri sudah di lakukan sejak tahun 1933 sampai 1945 oleh SS yang di kenal kejam di kamp-kamp konsentrasi akan tetapi lebih secara sistematis setelah diadakannya konferensi Wannsee tersebut.
Kamp-kamp kematian tersebut tersebar di beberapa negara Eropa Timur seperti Kamp Konsentrasi Auschwitz di Polandia dan Kamp Dachau sebelah selatan Jerman di negara bagian Bayern, kamp yang berjarak 20 km dari kota Munchen ini merupakan yang berskala besar pertama di Jerman. Kamp-kamp tersebut mampu membunuh 12.000 Yahudi setiap hari nya dengan cara dimasukkan kedalam kamar gas beracun dan dibakar.
Tercatat lebih dari 6 juta kaum Yahudi dibantai sebelum akhir nya Nazi Jerman kalah pada Perang Dunia II tahun 1945.
Karena terbukti melakukan pelanggaran HAM berat kemudian beberapa tokoh Nazi Jerman di adili dan di jatuhi hukuman seperti halnya Adolf Eichmann yang di eksekusi di Israel pada bulan Mei 1962 yang merupakan sekretaris rapat pada Konferensi Wannsee.
Genosida di Aceh
Berbeda halnya dengan genosida secara sistematis yang di lakukan pemerintah Nazi German, akan tetapi walaupun tidak secara sistematis konflik berkepanjangan selama lebih dari 30 tahun di Aceh telah menelan puluhan ribu nyawa rakyat Aceh dan menyisakan banyak „konferensi Wannsee“ dan juga kasus-kasus besar pelanggaran HAM di Aceh.
Pada dasarnya kalau dalam suasana damai ini Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat punya keinginan serius dan kuat dalam menyeret dan mengadili pelanggar-pelanggar HAM berat di Aceh, maka dengan sendiri nya kisah-kisah yang sama dengan konferensi Wannsee ala Aceh tersebut juga akan terungkap, dan akan menjadi sebuah aset besar baik itu dokumen maupun tempat kejadian akan dapat dilestarikan dan dilindungi sebagai objek-objek peninggalan konflik yang akan menjadi tempat tujuan wisata seperti contohnya tempat penyiksaan Rumah Gedoeng di Pidie dan banyak lainnya, dengan tujuan generasi muda kedepan walaupun seribu tahun lagi dapat mengetahui sejarah panjang dan kelam Bangsa Aceh menuju kesebuah peradaban yang bermartabat. [Tarmizi Age]