KPU Diminta Antisipasi jika TI Macet di Tengah Jalan

Kompas, 15 April 2004

Logo-Kompas-500x337Jakarta, Kompas – Komisi Pemilihan Umum diminta mengantisipasi secara dini kemungkinan penghitungan sementara berbasis teknologi informasi macet sebelum tuntas menampilkan seluruh data yang dijanjikan. Jika sampai kemungkinan itu yang terjadi dan tidak ada antisipasi dini, hal itu akan mengganggu persepsi masyarakat atas hasil Pemilu 2004 secara keseluruhan.

Anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwas) M Rozy Munir di Jakarta, Rabu (14/4), mengharapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengantisipasi jika ternyata perhitungan sementara perolehan suara berbasis teknologi informasi (TI) tersebut ternyata mentok pada angka tertentu.

Indikasi awal sudah terlihat dengan banyaknya keluhan dari daerah menyangkut proses entri data di tingkatan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) yang diperkuat dengan lambannya pertambahan pencatatan suara yang masuk dan ditampilkan di pusat Tabulasi Nasional Pemilu (TNP) 2004. “Jangan sampai kita masih menunggu-nunggu ternyata sudah mentok, sudah selesai,” kata Rozy. Ia mengingatkan kemungkinan terburuk yang harus dihadapi KPU terkait dengan sistem perhitungan suara berbasis teknologi informasi tersebut. Jika tidak ada ancang-ancang sejak awal, bisa terjadi kericuhan kalau kemudian rekapitulasi hasil penghitungan manual ternyata menunjukkan perbedaan atau selisih besar dibandingkan dengan penghitungan berbasis teknologi informasi tersebut.
Keterlaluyakinan KPU dinilai akan sangat berisiko karena bisa melahirkan tanda tanya besar di kalangan masyarakat awam dan kemudian bisa memancing konflik.

“Biarpun orang tahu bahwa perhitungan dengan sistem TI itu hanya pendukung, tidak ada salahnya kalau diantisipasi dini kemungkinan macet atau berbeda dengan hasil manual,” kata Rozy. Sampai dengan Rabu petang, jumlah suara sah yang ditampilkan di TNP mencapai 86,4 juta suara, meski tidak bisa diketahui persentase pemilih yang menggunakan haknya berikut suara yang tidak sah. Informasi dari KPU sebelumnya menyatakan, perangkat sistem teknologi informasi akan bisa mencakup sekitar 137,2 juta pemilih atau lebih dari 90 persen dari total pemilih terdaftar di seluruh Indonesia.

Penghitungan berbasis teknologi informasi ini dijanjikan akan menampilkan perolehan suara dan persentase, berikut informasi tambahan mengenai jumlah surat suara yang diterima, surat suara yang rusak, surat suara tambahan, surat suara sah, dan surat suara tidak sah yang bisa dilacak sampai ke tingkat tempat pemungutan suara (TPS).

Pengurus Watch Indonesia Pipit R Kartawidjaja secara terpisah berpendapat, mestinya tampilan data penghitungan berbasis teknologi informasi juga memperlihatkan jumlah suara yang tidak sah berikut perbandingan jumlah pemilih yang mencoblos tanda gambar parpol saja serta pemilih yang mencoblos tanda gambar parpol dan satu nama calon legislator. Data tersebut harus ditampilkan karena bisa menjadi bahan kajian menarik menyangkut pelaksanaan Pemilu 2004. (dik)


Tags: , , , , ,


Share

Aksi!


Hutan Hujan Bukan Minyak Sawit



Petisi



Menyusul kami