KPU Daerah Tak Paham Rumus Pemetaan DP
www.gorontalo.go.id/berita, 01 November 2003
ADA penilaian menarik dari Presiden Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Eropa, Pipit Kartawidjaja mengenai kinerja KPUD (KPU daerah) baik di tingkat provinsi apalagi di tingkat kabupaten/kota. Dia berpendapat hanya sebagian kecil anggota KPUD yang benar-benar memahami rumusan matematis penggabungan sejumlah daerah administrative dalam penentuan daerah pemilihan (DP) untuk anggota DPR/DPRD. Akibatnya, KPUD sulit menyampaikan alasan dan pertimbangan logis hasil pemetaan DP yang dilakukan KPU pusat kepada masyarakat di daerahnya.
Pipit melihat, jarang sekali KPUD membeberkan kepada publik tentang keterkaitan antara jumlah penduduk dan jumlah kursi DPRD dengan proses penetapan DP dan jatah perhitungan alokasi kursi yang didapat setiap DP. Dengan kondisi seperti itu, maka masyarakat pun akhirnya menganggap bahwa asumsi KPU dalam menggabungkan beberapa daerah administrative menjadi suatu DP semata berdasarkan ketentuan standar. Kelemahan KPUD ini, dikhawatirkan Pipit dapat menimbulkan konflik ketidakpuasan masyarakat.
„Keberatan-keberatan yang muncul dari daerah kebnyakan mempersoalkan factor basis social dan cultural. Padahal, yang paling penting justru hitung-hitungam matematis,” jelasnya.
Karenaitu, Pipit mempertanyakan efektifitas rapat koordinasi pemetaan DP yang melibatkan KPUD se-Indonesia di Jakarta pada awal Agustus lampau. Dia juga menyayangkan sikap KPU pusat yang tidak mengekspos data jumlah penduduk tingkat kecamatan dan kabupaten/kota dalam website mereka. Padahal, data seperti itulah yang menjadi acuan KPUD untuk mengecek ulang kebenaran penghitungan KPU tentang DP dan alokasi kursi legislative.
Dia mencontohkan, tidak ada yang memprotes jatah 12 kursi untuk DP Jatim 9 untuk anggota DPRD jatim yang seharusnya mendapat jatah 10 kursi padahal seharusnya hanya mendapat 9 kursi. „Masa uji publik sudah habis. Dan keberatan yang muncul hanya sebatas penggabungan daerah dan basis massa. Kalau dibatlkan, akan timbul konflik,” keluhnya. <>