Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
http://www.merdeka.com/khas/obituari-ben-anderson-tabik-oom-kolcupcup.html
Merdeka.com – Oom Kol (OK), panggilan saya ke Ben Anderson sejak 1985, sungguh bersemangat The Pemuda Revolution: tetirahan nJolotundo dan mBatu itu vivere pericoloso.
Njrempet-njrempet kebaja, imel Oom Kol 28 Desember 2010. Habis, Oom Kol ada coba nyiasatin larangannya Old State, New Society. Sesuai bisikan gaib, 13 Desember 2015 itu Minggu Legi. Tetirahan haram. Pindah hotel pantangannya Sabtu Kliwon 12 Desember 2015.
Lagian, Oom Kol mbrojol 26 Agustus 1936, Rabu Pon, non-jodohnya Sabtu Kliwon ... baca semuanya
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
JENAZAH Benedict Richard O’Gorman Anderson terlihat memakai batik tatkala disemayamkan di rumah duka Adi Jasa, Surabaya, pada Selasa, 15 Desember lalu. Kemeja batik Madura berwarna cokelat kayu. “Itu baju batik saya,” kata Sugito. Sopir yang sejak 2009 selalu ... baca semuanya
http://www.tempo.co/read/caping/2015/12/21/130152/yang-kiri-yang-tanpa-ajektif
penghormatan untuk Benedict Anderson (1936 – 2015)
Di awal musim dingin 1956, ketika Ben Anderson berumur 20 tahun, sesuatu terjadi – sesuatu yang mengarahkan jalan hidupnya.
Hari itu di kampus Universitas Cambridge sejumlah mahasiswa India dan Sri Lanka menyuarakan protes yang berapi-api. Ben, mahasiswa tahun terakhir Jurusan Klasik, ikut mendengarkan. Tapi tiba-tiba sebarisan laki-laki Inggris menyanyikan God Save the Queen dan menyerbu. Mereka merangsek dan memukuli mahasiswa-mahasiswa kurus berkulit warna ... baca semuanya
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
Hari itu saya berjalan kaki menyusuri Berlin, menyeberang ke bagian kota yang dulu disebut Berlin Timur. Saya bersama Pipit.
Saya diam-diam terpesona: ia cuek dengan keeksentrikannya, dengan pakaiannya yang hitam-hitam, dengan tutup kepalanya yang mirip topi infantri Prusia, dengan pikiran-pikirannya yang mendesakkan hal-hal yang diabaikan orang banyak. Terutama politik.
Pipit Rochiyat: kukuh, lempang, keras kepala. Tapi ia juga bisa kocak seperti karyanya, sebuah parodi bergambar dengan model wayang yang mengejek habis rezim Suharto, Bharatayuda ... baca semuanya