(Deutsch) „Prügel kriegen wir immer“
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
(Deutsch) „Prügel kriegen wir immer“
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
(Deutsch) HeidelbergCement: Keine Überraschung auf der HV!
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
(Deutsch) Aktivisten kritisieren Problem-Projekte von Heidelberg Cement
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
(Deutsch) HeidelbergCement: Umwelt und Menschenrechte werden einzementiert – update
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
(Deutsch) MISEREOR protestiert gegen Zement-Produktion
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
(Deutsch) HeidelbergCement muss Völkerrecht achten!
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
(Deutsch) „Wir sind bereit zum Widerstand“
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman
HeidelbergCement: Lingkungan Hidup dan HAM akan disemen
Siaran Pers Südostasien-Infostelle dan Watch Indonesia!, 2 Mai 2018
Rekan-rekan media yang terhormat,
Sudahkah rekan-rekan tahu bahwa produksi semen global:
- melepaskan emisi karbon dioksida (CO2) ke udara empat kali lebih banyak dari lalu lintas seluruh penerbangan internasional?
- menyumbang 6-9 persen emisi CO2 seluruh dunia?
- kini setiap tahun produksi semen dunia tiga kali lebih banyak dibandingkan tahun 2001
Organisasi Südostasieninfostelle dan Watch Indonesia! saat ini kembali melanjutkan kampanye tentang dampak fatal industri semen. Contoh kasusnya adalah Indonesia, di mana di Pegunungan Kendeng di Jawa Tengah industri ... baca semuanya
(Deutsch) Save Kendeng!
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa JermanPosted on 00:04 in Aktivitas, Keadilan dan Hukum, Hak Asasi Manusia, Indonesia, Kampanye, Tanah & Hak Masyarakat Adat, Pertambangan, Lingkungan Hidup & Klima
(Deutsch) „Hört das Weinen meines Herzens“: Von Zementfabrik bedrohte Bäuerin Gunarti aus Indonesien schreibt Brief an HeidelbergCement
Maaf, halaman ini tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Versi bahasa Jerman